MEMUTUSKAN PERKARA BERDASARKAN QARĪNAH MENURUT HUKUM ISLAM
(1) Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon
(*) Corresponding Author
Abstract
Pembuktian merupakan sesi terpenting dalam suatu proses persidangan yang dilaksanakan di peradilan agama. Tujuan pembuktian adalah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil yang disampaikan oleh para pihak di dalam persidangan, melalui penggunaan alat-alat bukti, pembuktian mencoba merekonstruksikan suatu kebenaran peristiwa yang telah lampau. Namun terkadang ada perkara yang tidak dapat dibuktikan dengan jelas melalui alat-alat bukti yang diatur, dalam hal ini Qarīnah dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengambil suatu kesimpulan atas suatu perkara. Di dalam Hukum Acara Islam, Qarīnah berkedudukan hanya sebagai alat bukti penunjang, yang berarti harus ditambah dengan alat bukti lainnya.
Verification is the most important sessions in a proceeding conducted in religious courts. The purpose of verification is to convince the judge of the truth of the arguments presented by the parties in the proceedings, through the use of evidence, proof tries to reconstruct a truth that has been past events. But sometimes there are cases that can not be clearly demonstrated through evidence that is arranged, in this case qarīnah can be used as a cue to take a conclusion on a case. Procedural Law in Islam, qarīnah domiciled only as a means of supporting evidence, which means it must be coupled with other evidence.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Apeldoorn, L.J. Van, Pengantar Ilmu Hukum, Cet. Ke-22, Jakarta: Pradnya Paramita.
Ash Shiddieqy, TM Hasby, Peradilan dan Hukum Acara Islam, Yogyakarta: PT. Al Ma’arif, 1964.
Anwar, Moch H, Dasar-dasar Hukum Islamy dalam Mnetapkan Keputusan di Pengadilan Agama, Cet-1, Bandung: CV. Diponegoro, 1991.
Coulson, Noel J, Hukum Islam dalam Prespektif Sejarah, Jakarta : P3, 1987.
Departemen Agama RI, 1969, Alquran dan Terjemahannya, Jakarta : Yamumu.
Hamzah, Andi, dan Indra Dahlan, Perbandingan KUHP, HIR dan Komentar, Cet. Ke-2, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Harahap, M. Yahya, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, UU No. 7 tahun 1989, Cet. Ke-2, Jakarta: Pustaka Kartini, 1993.
Hazairin, Hukum Islam dan Masyarakat, Jakarts: Bulan Bintang, 1963.
Himpunan Hadits Pilihan, Hadits Shahih Bukhari, Surabaya: Al Ikhlas, 1980.
Khallaf, Abdul Wahab, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Cet. Ke-2, Jakarta:
Bulan Bintang, 1991.
_______, Ilmu Ushul Fiqh, Cet. Ke-2, Jakarta: Rineka Cipta, 1993.
Al-Khudhary, Syekh Muhammad, Tarikh al-Tasyri’ al Islamy, t.tp : Al Haramain, t.t.
Kurdianto, Sistem Pembuktian Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Surabaya: Usaha Nasional, 1991.
Madzkūr, Muhammad Salam, Al Qadla Fi al Islam, Qairo: Damn Nadlatil ‘Arabiyah, 1964.
Prakoso, Djoko, Alat Bukti dan Ketentuan Pembuktian di dalam Proses Pidana, Edisi Pertama, Yogyakarta: Liberty, 1988.
Rasyid, Roihan A, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. Ke-2, Jakarta : Rajawali Press, 1991.
Al-Rifa’I, Abdul Hamid, Al-Qodho al Idary Baina al-Syari’ah wa al Qonun, Beirut: Dar al Fikr, 1989.
Al-Ṣan’ānī, Muhammad bin Isma’il Al Kahlani, Subut al-Salam, Cet. Ke-4, Mesir: Mustafa al Babi al Halabi, 1960.
Al-Syāṭibī, Abū Ishāq, Al Muwāfaqāt fī Uṣūl al Aḥkām, Kairo: Muhammad Ali Subih.
DOI: 10.24235/mahkamah.v1i1.353
Article Metrics
Abstract view : 631 timesPDF - 948 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.